Bantuan UEA ke Gaza: Niat Tulus atau Citra Global?

12 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Gaza
Iklan

Bantuan Uni Emirat Arab untuk Palestina bertajuk Operasi Chivalrous Knight 3

***

Uni Emirat Arab (UEA) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap krisis kemanusiaan di Jalur Gaza dengan mengirimkan 7.200 ton bantuan kemanusiaan. Pengiriman besar-besaran ini dilakukan melalui operasi bertajuk Operation Chivalrous Knight 3, di saat kondisi warga Gaza semakin terpuruk akibat konflik yang terus berkecamuk dan blokade yang memperburuk situasi ekonomi maupun kesehatan.

Bantuan tersebut mencakup 4.600 ton bahan pangan pokok, suplai medis, tenda, pakaian musim dingin, dan tangki air bersih. Pemerintah UEA menyebut langkah ini sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan dan kepedulian terhadap penderitaan rakyat Palestina. “Tindakan ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar kebijakan luar negeri UEA,” ujar pejabat Emirates Red Crescent dalam pernyataan resminya.

Operasi ini juga melibatkan kerja sama dengan pemerintah Siprus, yang menyediakan jalur maritim untuk mempercepat pengiriman bantuan ke wilayah Gaza. Kolaborasi ini memperlihatkan bagaimana UEA berupaya membangun koalisi kemanusiaan lintas negara, sekaligus memastikan bantuan tidak terhambat di perbatasan.

Meski demikian, proses distribusi di lapangan masih menghadapi tantangan besar. Kerusakan infrastruktur, keterbatasan truk pengangkut, serta pengawasan ketat di titik perbatasan membuat penyaluran bantuan tidak selalu berjalan lancar. Laporan dari Jordan News menyebutkan bahwa jumlah truk bantuan yang berhasil memasuki Gaza masih jauh di bawah kapasitas yang diperlukan, hanya sekitar 20% dari kebutuhan harian.

Tindakan UEA ini menimbulkan perdebatan di kalangan pengamat internasional: apakah bantuan tersebut murni didorong oleh altruisme kemanusiaan, atau memiliki dimensi diplomasi strategis.

Dari sisi altruisme, UEA memiliki rekam jejak panjang dalam memberikan bantuan ke berbagai negara konflik tanpa pamrih. Selama beberapa dekade terakhir, negara Teluk tersebut telah menyalurkan miliaran dolar untuk bantuan kesehatan, pendidikan, dan rekonstruksi di Yaman, Suriah, dan Sudan. Langkah membantu Gaza dapat dilihat sebagai lanjutan dari komitmen tersebut—bentuk nyata dari nilai kemanusiaan dan tanggung jawab moral terhadap krisis global.

Namun, sejumlah analis melihat bahwa tindakan ini juga sarat muatan politik dan diplomatik. Sejak menandatangani Perjanjian Abraham dengan Israel, UEA menghadapi dilema diplomasi: menjaga hubungan strategis dengan Tel Aviv sembari mempertahankan citra sebagai pendukung utama Palestina. Bantuan besar ke Gaza dapat dipahami sebagai upaya menyeimbangkan dua kepentingan tersebut—membuktikan bahwa hubungan dengan Israel tidak berarti mengabaikan penderitaan rakyat Palestina.

Terlepas dari motif di baliknya, pengiriman 7.200 ton bantuan ini tetap memiliki dampak positif bagi ribuan warga Gaza yang kini bergantung pada suplai pangan dan medis dari luar negeri.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Rafif Arfiansyah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler